Mataram – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) baru-baru ini merilis data terkait inflasi dan Nilai Tukar Petani (NTP) untuk November 2023, serta perkembangan sektor Pariwisata dan Transportasi Provinsi NTB pada Oktober 2023. Selain itu, BPS NTB juga mengumumkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2023 untuk Kabupaten/Kota di wilayah tersebut pada tanggal 1 Desember 2023.
Menurut Kepala BPS NTB, Wahyudin, angka inflasi di Provinsi NTB sebagian besar dipengaruhi oleh Kota Mataram dan Kota Bima. Jika kedua kota ini digabungkan, total inflasi bulanan mencapai 0,34 persen, yang berada di bawah rata-rata inflasi nasional sebesar 0,38 persen.
Wahyudin menjelaskan, “Meskipun terjadi inflasi di Kota Mataram dan Kota Bima, namun jika kita lihat secara keseluruhan, yaitu dengan menggabungkan keduanya, angka inflasi sebesar 0,34 persen ini berada di bawah rata-rata inflasi nasional dari bulan ke bulan.”
Inflasi diakibatkan oleh sejumlah kelompok komoditas, di antaranya adalah makanan, minuman, tembakau, pakaian, alas kaki, perumahan, air, listrik, bahan bakar rumah tangga, perlengkapan rumah tangga, kesehatan, transportasi, informasi, komunikasi, jasa keuangan, rekreasi, olahraga, budaya, penyediaan makanan, minuman/restoran, dan perawatan pribadi jasa lainnya.
“Dari 11 kelompok komoditas tersebut, Perawatan Pribadi Jasa Lainnya mencatatkan inflasi bulanan tertinggi sebesar 0,85 persen, sementara Pakaian dan Alas Kaki sebanyak 0,72 persen, tetapi memiliki kontribusi yang lebih tinggi,” tambahnya.
Lebih lanjut, Wahyudin menyampaikan bahwa kelima komoditas penyumbang inflasi tertinggi di Kota Mataram pada November 2023 adalah Cabai Rawit, Bahan Bakar Rumah Tangga, Cabai Merah, Bawang Merah, dan Emas Perhiasan. Sementara itu, pada bagian deflasi, Daging Ayam Ras, Tongkol diawetkan, Beras, Angkutan Udara, dan Telur Ayam Ras memiliki andil signifikan.
Di Kota Bima, kelima komoditas penyumbang inflasi meliputi Beras, Bahan Bakar Rumah Tangga, Cabai Rawit, Emas Perhiasan, dan Tomat. Sedangkan pada bagian deflasi, Ikan Bandeng/Ikan Bolu, Bensin, Ikan Kembung/Ikan Gembung, Ikan Layang/Ikan Benggol, dan Telur Ayam Ras memiliki kontribusi yang mencolok.
Analisis data ini memberikan gambaran yang jelas tentang dinamika ekonomi dan pola konsumsi masyarakat di Provinsi NTB, memberikan dasar bagi pemerintah dan pelaku ekonomi untuk merumuskan kebijakan yang lebih efektif dalam mengatasi tantangan inflasi dan deflasi di wilayah tersebut.