“Miq Gite Sebagai Pj Gubernur: Perang Ketupat sebagai Momentum Penguatan Silaturahmi dan Toleransi”

Pada tanggal 27 November, Pelaksana Tugas Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Drs. H. Lalu Gita Ariadi, membuka kegiatan Pujawali dan Perang Topat bertajuk “The Power of Culture” di Pura Lingsar, Lombok Barat.

Dalam sambutannya, Pj Gubernur menekankan pentingnya memanfaatkan momentum perang ketupat untuk mempererat silaturahmi. Ritual Pujawali Kemaliq Lingsar bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga menjadi kesempatan untuk menghidupkan semangat toleransi yang kini sangat diperlukan dalam proses pembangunan daerah maupun negara.

“Pujawali perang ketupat bukan hanya sebagai ritual tahunan melainkan momentum mengecas spirit toleransi yang saat ini sangat dibutuhkan dalam mengisi proses pembangunan daerah maupun negara,” ungkap Pj Gubernur yang akrab disapa Miq Gite.

Selain itu, Miq Gite mengajak masyarakat untuk menjaga kedamaian menjelang pesta demokrasi, terutama dalam menyongsong Pemilihan Umum dan pemilihan Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota pada tahun 2024 mendatang. Dia menegaskan bahwa perbedaan aspirasi dan pilihan politik tidak seharusnya menjadi sumber konflik yang dapat merugikan masyarakat.

“Jangan hanya gara-gara beda aspirasi, beda pilihan dijadikan sumber-sumber konflik yang menimbulkan perpecahan sehingga merugikan kita semua,” tuturnya.

Miq Gite juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Bupati Lombok Barat, Hj. Sumiatun, atas kerjasama dalam menjaga warisan budaya ini. Dia berharap semangat penyelenggaraan perang ketupat dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dari tahun ke tahun.

Sebelumnya, Bupati Lombok Barat, Hj. Sumiatun, menjelaskan bahwa perang ketupat merupakan tradisi budaya masyarakat Lombok yang diselenggarakan setiap tahun di Desa Lingsar, tepatnya di Pura Lingsar, sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.

“Perang ketupat ini diawali dengan ritual di kemaliq Pura Lingsar, kemudian masyarakat Hindu dan Muslim melakukan tradisi saling lempar ketupat sebagai perwujudan toleransi pluralisme yang hidup terjaga di tengah-tengah masyarakat,” tambahnya.

Acara tersebut dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk unsur Forkompimda Lombok Barat dan Forkompimda Lombok Barat, Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemprov dan Lombok Barat, Camat se-kabupaten Lombok Barat, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda Lingsar, dan sekitarnya. Semua turut serta dalam merayakan kekayaan budaya dan semangat toleransi yang menjadi landasan kuat pembangunan masyarakat setempat.